EMPAT PILAR KEBANGSAAN

EMPAT PILAR KEBANGSAAN

Minggu, 28 Oktober 2012

HARI SUMPAH PEMUDA KE-84 TAHUN 2012

Read more »

Kamis, 25 Oktober 2012

Selamat Hari Raya Idul Adha 1433 H

Read more »

Selasa, 16 Oktober 2012

DOWNLOAD KATA-KATA PENUH MAKNA DAN RENUNGAN

Read more »

Kamis, 04 Oktober 2012

Gubernur Jabar alokasikan 77 Miliar untuk Rutilahu

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan memimpin Apel Peringatan Hari Perumahan Nasional dan Hari Perhubungan Nasional di Halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro 22 Kota Bandung, Selasa (2/10) pagi. Dalam acara tersebut, juga disampaikan sejumlah penghargaan kepada para pegawai dan pelaku jasa perhubungan yang telah memberikan sumbangsihnya dalam pembangunan di Jawa Barat. Dalam sesi pertama apel, Gubernur memimpin peringatan Hari Perhubungan Nasional yang pada tahun 2012 ini mengambil tema "Kita Tingkatkan Kebersamaan dan Kinerja Komunitas Perhubungan".
Dalam sambutan Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan yang dibacakan Gubernur, menyatakan pemenuhan pelayanan transportasi merupakan salah satu hak dasar setiap warga Negara yang harus dipenuhi oleh Pemerintah. Sehingga perlu upaya terus menerus dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan transportasi. Menurutnya, dalam membangun sistem transportasi membutuhkan sinergitas dan kerjasama semua pihak, baik regulator, operator dan pemangku kepentingan. Sehingga melalui kebersamaan mampu menghadirkan sistem transportasi yang aman, nyaman dan keselamatan bagi seluruh pengguna jasa transportasi.
Lebih lanjut Menteri Perhubungan menegaskan, dalam momentum peringatan ini sangat baik untuk memberikan apresiasi dan penghargaan kepada semua pihak yang telah menunjukan kinerja terbaiknya dalam kerangka memajukan organisasi dan kemajuan pembangunan sektor perhubungan. Sekaligus acara ini menjadi titik tolak meningkatkan kinerja dan prestasi serta pengabdiannya kepada bangsa dan Negara. Sehingga ke depan melalui pembangunan sektor perhubungan akan menjadi awal kejayaan bangsa dan negara.
Sementara dalam sambutan Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz yang dibacakan Gubernur Jawa Barat menyampaikan sejumlah hal yakni; tentang arti penting pemenuhan perumahan bagi masyarakat. Menurutnya perumahan yang layak huni merupakan hak dasar setiap orang untuk hidup dan menikmati kehidupan bermartabat, damai, aman dan nyaman. Apalagi komitmen tersebut merupakan bagian dari agenda dari Millenium Development Goals (MDGs). Dan untuk itu perlu kerjasama yang sinergis antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam upaya memenuhi kebutuhan perumahan layak huni. Hal itu sesuai dengan tema hari Peringatan Perumahan Nasional kali ini yakni "Dengan Momentum Hari Peringatan Perumahan Nasional tahun 2012 Kita Tingkatkan Pembangunan Perumahan Untuk Kesejahterahan Rakyat".
Lebih lanjut Djan Faridz menambahkan ke depan Pemerintah sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun, akan terus berupaya membangun dan menyiapkan kawasan permukiman yang layak. Tentunya semua itu dapat diwujudkan dengan kerjasama dan koordinasi semua pihak terkait, khususnya Pemerintah Provinsi dan Pemerintah kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. " Dan untuk Jawa Barat sendiri, rencananya pada tahun 2013 akan membangun Rumah Tidal Layak Huni atau Rutilahu menjadi Rumah layak Huni dengan alokasi biaya mencapai sekitar Rp 77 miliar untuk 7500 unit rumah di Jawa Barat," tegas Heryawan saat menjawab pertanyaan awak media usai memimpin apel.
http://www.ahmadheryawan.com/home/di-media-2/3346-jabar-alokasikan-77-m-bangun-7-500-rumah-layak-huni
Read more »

Rabu, 03 Oktober 2012

SEJARAH DAN RAGAM BATIK DI JAWA BARAT



  • SEJARAH BATIK DI INDONESIA
      Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

    Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

    Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

    Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

    Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.

    Jaman MajapahitBatik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

    Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.

  • RAGAM BATIK
      Ada beberapa pandangan yang mengelompokkan batik menjadi dua kelompok seni batik, yakni batik keraton (Surakarta dan Yogyakarta) dan seni batik pesisir.

      Motif seni batik keraton banyak yang mempunyai arti filosofi, sarat dengan makna kehidupan. Gambarnya rumit/halus dan paling banyak mempunyai beberapa warna, biru, kuning muda atau putih. Motif kuno keraton seperti pola panji (abad ke-14), gringsing (abad 14), kawung yang diciptakan Sultan Agung (1613-1645), dan parang, serta motif anyaman seperti tirta teja.

      Kemudian motif batik pesisir memperlihatkan gambaran yang lain dengan batik keraton. Batik pesisir lebih bebas serta kaya motif dan warna. Mereka lebih bebas dan tidak terikat dengan aturan keraton dan sedikit sekali yang memiliki arti filosofi. Motif batik pesisir banyak yang berupa tanaman, binatang, dan ciri khas lingkungannya. Warnanya semarak agar lebih menarik konsumen.





  • CARA MEMBATIK
Kalau hanya melihat pola dan motif dari sehelai batik yang sudah jadi,kita tidak akan bisa memahami dan menghargai betapa cukup rumitnya prosedur di dalam proses pembuatan seni batik tulis itu.Tidak akan menduga adanya faktor-faktor teknis dan non teknis yang dapat menyebabkan di dalam seni batik tulis selalu ada unsur ‘surprise‘ yang mengakibatkan setiap helai batik sama persis walaupun mempunyai pola dan susunan warna yang dibuat sama.

Inti dari cara membatik adalah ‘cara penutupan‘,yaitu menutupi bagian kain atau bahan dasar yang tidak hendak diberi warna dengan bahan penutup,dalam hal ini berupa lilin.Pada awalnya penggunaan lilin dengan cara diteteskan pada kain,oleh karena itu ada paham yang mengembalikan arti kata batik pada suku kata ‘tikyang berarti titik atau tetes.
Bahan utama dari teknik membatik adalah berupa kain putih,baik yang halus maupun yang kasar,lilin sebagai bahan penutup dan zat warna.Kualitas kain putih sangat mempengaruhi hasil seni batik.Jadi makin halus kain putih yang dipakai makin bagus hasil pembatikannya,yaitu makin jelas pola dan perbedaan warnanya.Dahulu di kota Juwana,daerah utara Jawa Tengah pernah dipakai bahan sutera shantung murni yang menghasilkan selendang dan sarung batik sutera yang sangat terkenal akan kehalusannya.
Dahulu lilin lebah dipakai sebagai satu-satunya bahan penutup,namun dengan perkembangan industri dan pengolahan minyak tanah dewasa ini dipakailah lilin buatan pabrik berupa paraffine,microwax,dan lain-lain,baik yang murni atau campuran dengan bahan lilin alam.Lilin merupakan bahan penutup yang sangat tepat,karena mudah dituliskan pada kain,tetap melekat sewaktu dicelupkan dalam cairan pewarna,dan mudah dihilangkan di saat tidak digunakan lagi.Di Banten,ada yang memakai bahan penutupnya berupa bubur beras ketan yaitu pada kain Simbut.


Foto Lilin penutup atau malam di atas Anglo
Lilin penutup hanya bisa dipakai atau dituliskan dalam keadaan cair,untuk itu pembatik harus memanaskan lilinnya dalam sebuah wajan kecil yang ditaruh di atas api dalam suatu anglo.Suhu lilin haruslah tepat,tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin.Kalau terlalu panas,lilin akan jauh meresap ke dalam kain sehingga akan sukar untuk dihilangkan,sedangkan kalau suhunya tidak cukup panas akan terlalu mengental sehingga akan sukar keluar dari alat penulis atau canting.Jika dirasakan suhunya terlalu panas,maka pembatik akan mengangkat wajannya dari api anglo.

Foto Beberapa jenis Canting
Alat penulis yang khas yang dinamakan canting ini terbuat dari bambu dan tembaga.Gagang atau tempat pemegang ini terbuat dari bambu,sedangkan kepalanya yang dipakai untuk menyendok dan mencucurkan lilin terbuat dari tembaga.Mulut canting berupa pembuluh bengkok yang besarnya berbeda-beda,dan dari mulutnya ini melelehkan cairan lilin,yang mirip dengan pulpen.

Kain putih yang dilampirkan pada sebuah rak kayu atau gawangan dipegang dengan tangan kiri sebagai tatakan,sedangkan tangan kanan memegang canting.
Berikut ini akan diuraikan tahap-tahap di dalam proses pembuatan batik tulis.Istilah-istilah yang diuraikan nantinya memakai istilah yang lazim dipakai dalam dunia batikJawa.
1.) Pengolahan persiapan kain putih

Tujuannya adalah supaya lilin mudah melekat dan tidak mudah rusak sewaktu dilakukan pencelupan.Disamping juga supaya zat-zat warna itu mudah meresap.Dahulu dipakai zat warna dari tumbuh-tumbuhan,namun karena prosesnya yang memakan waktu lama,maka sekarang dipakai zat pewarna pabrik.Pengolahan ini terdiri atas mencuci kain putih yang telah dipotong-potong dengan air bersih agar hilang kanji perekatnya kemudian diremas serta direndam dalam minyak jarak(Ricinus Communis L) atau kacang(Arachis hypogala).Kemudian untuk menghilangkan kelebihan minyak,maka kain direndam dalam air saringan abu merang.Menurut cara modern merang ini diganti dengan larutan soda,yang dapat mempercepat waktu dan lebih mudah dipakai.Ini disebut ngetel atau ngloyor.Untuk kain mori yang kualitas tertinggi seperti primisima tidak perlu dikanji lebih dahulu,karena ketebalan kanjinya telah memenuhi syarat.Pada mulanya diselang-seling dengan penjemuran di panas sinar matahari,sehingga
memakan waktu berhari-hari. Kain putih yang telah mendapat pengolahan ini kemudian dilicinkan dengan menaruhnya di atas sebilah kayu dan dipukul-pukul dengan pemukul kayu juga,ini dinamakan dengan ngemplong.
/
2.) Ngrengreng

Gambaran pertama dengan lilin cair di atas kain inilah disebut dengan ngrengrengada yang menyebut juga dengan nglowong.Pada tahap ini si pembatik duduk di atas bangku kecil atau bersila di muka gawangannya,menyendok lilin cair dari wajannya dengan canting lalu memulai membuat garis-garis atau titik-titik sesuai dengan pola-pola yang dikehendakinya.Suhu lilin cair harus dipertahankan tidak terlalu panas agar tidak terlalu meresap sehingga sukar untuk dihilangkan atau mudah remuk,sedangkan lilin yang kurang panas akan lekas kental sehingga sukar keluar dari mulut canting.Demikian juga dengan posisi canting harus tepat,tidak boleh terlalu miring atau terlalu tegak.Canting akan mengikuti pola-pola yang sudah digambar lebih dahulu dengan arang atau potlot oleh seorang tukang pola,atau bisa juga dibuat langsung oleh si pembatik yang telah mumpuni/mahir di luar kepala.Gambaran lilin ini kemudian diteruskan di belahan sebaliknya yang akan menjadi bagian dalam kain batik,pekerjaan ini dinamakan dengan nerusi.Itulah sebabnya bahan kain putih tidak boleh terlalu tebal,agar tidak menyulitkan pekerjaan meneruskan gambaran pertama itu.
3.) Nembok
Pekerjaan menutupi bagian-bagian yang tidak boleh kena warna dasar ini disebut dengan nembok.Bagian kain yang tidak boleh terkena warna dasar,dalam hal ini warna biru tua,ditutupi dengan lapisan lilin,yang seolah-olah merupakan tembok penahan.

Pekerjaan ini juga dilakukan di sebelah dalam kain.
Penembokan adalah cara penting dalam pembuatan kain batik,karena apabila lapisan penemboknya kurang kuat/tebal maka zat pewarnanya dapat menembus bahkan mungkin bisa merusak seluruh kain.Menembok bisa juga dilakukan dengan cap.
4.) Pencelupan
Pencelupan pertama untuk mendapatkan warna dasar biru ini disebut denganmedel.Dahulu pekerjaan ini dicelupkan di dalam cairan pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,yaitu dari indigo atau nila(Indigofera tinctoria L),dan memakan waktu berhari-hari diselingi dengan penjemuran di panas sinar matahari.Tukang celup atau perusahaan batik mempunyai ‘rahasia’ ramuan yang diwariskan turun temurun pada generasinya masing-masing.Berbagai macam bahan dimasukkan ke dalam jambangan celup,dari mulai gula kelapa,tape,pisang kluthuk,sampai potongan-potongan daging ayam.Semuanya itu bertujuan untuk menambah bersinarnya atau gemilangnya warna biru nila atau indigo yang sampai sekarang belum terkalahkan indahnya.Namun sekarang dengan dipakainya pewarna kimia pabrik telah menghilangkan sifat misterius dan romantisnya pencelupan.Zat pewarna seperti naphtol atau indigosol yang umum dipakai hanya memakan beberapa menit untuk meresap.Walaupun demikian untuk dapat memperoleh warna yang baik dan indah masih tetap memerlukan ‘tangan dingin’ disamping pengetahuan akan campuran bahan kimia.
5.) Pembuangan Lilin
Tahap pembuangan lilin ini disebut dengan ngesik atau nglorod.Tujuannya adalah menghilangkan lilin penutup dari bagian-bagian yang nantinya akan diberi warna sawo matang(soga).Caranya dengan memasukkan kain di dalam cairan mendidih sehingga lilin menjadi cair kembali atau dengan jalan mengerik dengan sebuah pisau pengerik atau cawuk.Cara dengan memasukkan ke dalam cairan yang mendidih itu lebih baik daripada dengan mengerik,sebab dengan pengerikan mungkin tidak terlalu bersih dan teliti sehingga akan mempengaruhi gambaran nantinya setelah disoga.
6.) Mbironi
Bagian yang telah mendapat warna biru dan tidak boleh terkena warnasoga,kemudian ditutup lagi dengan lilin,pekerjaan ini dinamakan denganmbironi,yang juga diteruskan pada bagian sebelah dalam kain.
7.) Menyoga
Tahap selanjutnya adalah mencelupkan dalam zat warna coklat atau sawo matang.Soga(Peltophorumferrugineum Benth),yaitu salah satu kayu-kayuan yang dipakai untuk mendapatkan warna sawo matang.Untuk tiap daerah atau perusahaan batik memiliki resep yang berbeda-beda yang merupakan ‘rahasia’ untuk mendapatkan warna sawo matang ini.Dan juga disesuaikan dengan selera masing-masing daerah,ada yang menyukai warna soga keemasan ada yang lebih senang warna yang lebih tua kemerahan,dan lain-lain.Warna coklat dari bahan kimia tidak memerlukan waktu yang lama buat meresap hanya butuh waktu tidak sampai setengah jam saja.Setelahpenyogaan,kemudian dilakukan proses nglorod(pembuangan lilin) kembali.
Kadang-kadang diperlukan satu tahap lagi yang disebut dengan saren,yang gunanya supaya warna coklat itu tetap awet dan bertambah indah.Saren ini memakai air aren yang dicampuri dengan air kapur dan tumbuh-tumbuhan lainnya.Seringkali pekerjaan pemberian saren ini bagi beberapa pembatik sama pentingnya dengan menyoga.Setelah lilin terbuang seluruhnya,maka tampaklah kain batik dengan warna-warna dasar biru tua dengan gambaran sawo matang diselingi dengan warna putih gading.Makin sulit pola dan banyak susunan warnanya,maka akan makin lama proses pembuatannya.

  • PERBEDAAN BATIK TULIS DAN CAP

  1. Batik Tulis
      Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain. Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan). Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya. Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000,- hingga Rp. 20.000,-/pcs. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik.

  1. Batik Cap
      Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu. Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis. Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain. Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu. Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap. Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari canting. Untuk harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 350.000,- hingga Rp. 700.000,-/motif. Sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif lebih mahal. Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5 tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas. Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.

·         MENGENAL JENIS BATIK DAN MOTIF BATIK DAERAH JAWA BARAT

Di Jawa Barat ada batik Pasundan, batik Banyumas, batik Ciamis, batik Cirebon, batik Garut, batik Indramayu, batik Sumedang, batik Tasikmalaya.

1. . Batik Ciamis
Sedangkan untuk motif Batik Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan
2. Batik Cirebon
Di Cirebon terdapat Batik Pesisiran, Batik Keratonan dan Batik Trusmi. Warna kain secara garis besar cerah dan ceria, merah, pink, biru langit, hijau pupus. Warna batik tradisional terpusat pada tiga warna yaitu krem, hitam, dan cokelat. Batik Keratonan biasanya berwarna coklat soga atau keemasan.
Batik Pesisir dipengaruhi oleh budaya Cina. Motifnya lebih bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter. Motifnya banyak ditandai dengan gambar flora dan fauna seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan, daun daunan. Batik Pesisiran : Batik bethetan Kedung Wuni Pekalongan, Motif Sarung Cirebonan, Bethetan Demak. Batik keraton dipengaruhi oleh Hindu dan Islam. Motifnya cenderung berupa batu-batuan (wadas), kereta singa barong, naga seba, taman arum dan anyam alas. Batik Keratonan: Motif Ganggang.
Dua motif Cirebon yang terkenal adalah Corak Singa Wadas dan Mega Mendung. Motif Singa Wadas adalah corak resmi kesultanan Cirebon (Kasepuhan) yang memperlihatkan bentuk Singa Barong dari keraton Kasepuhan. Motif ini kental dengan warna coklat, hitam dan krem.
Motif Mega Mendung yang tidak ditemui di daerah lain, yaitu motif berbentuk awan yang bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama. Motif ini mendapat pengaruh dari keraton-keraton di Cirebon. Motif ini kaya akan warna merah, biru, violet, dan keemasan. Motif batik cirebon lainnya: motif kerang murek, gunung jati, taman terate, ayam alas, patran kangkung, wayang katura, kapal kandas, antares, cerita panji, kompeni, gapura gewor, kembang alas, lung kembang kasunanan, naga seba, rajeg wesi, peksi naga liman, simbar menjangan, taman arum sunyaragi, taman sari kasepuhan, wayang masina.









3. Batik Garut atau Garutan
Warna cerah dan penuh pada sisi lainnya, menjadi ciri khas batik Garutan. Didominasi warna dasar krem atau gading (gadingan), biru, dan soga agak merah. Adanya warna ungu pada corak / desain batik garutan.
Motif batik Garutan adalah Limar, Merak Ngibing yang menggambarkan sepasang burung merak sedang menari. Kemudian ada corak bulu ayam yang memperlihatkan ekor ayam yang panjang dan dilengkung setengah lingkaran. Selain itu, ada juga lereng adumanis, lereng suuk, lereng calung, lereng daun, cupat manggu, bilik, sapu jagat, lereng peteuy dan lainnya. Motif-motif yang dihadirkan berbentuk geometrik sebagai ciri khas ragam hiasnya. Bentuk-bentuk lain dari motif batik Garut adalah flora dan fauna. Bentuk geometrik umumnya mengarah ke garis diagonal dan bentuk kawung atau belah ketupat.

4. Batik Indramayu : Batik Dermayon , Batik Paoman
Awalnya Batik Paoman hanya memiliki dua warna, yakni warna kain dan warna motif. Warna motif pun masih tradisional, seperti biru tua atau coklat tua. Kini warna-warna pada Batik Paoman lebih beragam.
Ciri yang menonjol dari Batik Indramayu adalah ragam flora dan fauna diungkap secara datar, dengan banyak lengkung dan gari-garis yang meruncing (riritan), latar putih dan warna gelap dan banyak titik yang dibuat dengan teknik cocolan jarum, serta bentuk isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Motif wadasan, iwak ketong, parang rusak.  Motif-motif batik di Indramayu, banyak mendapat pengaruh besar dari gambar atau kaligrafi dari kawasan Arab, Cina atau daerah Jawa Tengah/Jawa Timur. Mayoritas motif batik yang digunakan pada Batik Indramayu menggambarkan kegiatan nelayan di tengah laut.  
Beberapa motif batik yang mencirikan motif Batik Pesisir khas Indramayu di antaranya adalah Etong (ikan, udang, cumi, kepiting, dll), Kapal Kandas, Ganggeng (ganggang laut), Kembang Gunda (tumbuhan yang hidup di pinggir pantai), dan Loksan.  Motif batik khas Indramayu juga ada yang menggambarkan kegiatan sehari-hari seperti Motif Swastika, Motif Merak Ngibing, Motif Kereta Kencana, dan Motif Jati Rombeng.   
Ragam hias geometris pada Batik Indramayu, antara lain: banji, kembang kapas, sijuring, pintu raja, obar-abir dan kawung.

5. Batik Sumedang atau Batik Kasumedangan
Dengan warna kain merah, motif batik Kasumedangan yaitu berpola ceplokan motif utama pada latar vertikal, horisontal atau polos, dan menemukan makna-makna simbolis dari motif-motif tersebut.

6. Batik Tasikmalaya : Batik Tasikan, Batik Karajinan (Wurug), Batik Sukaraja/Sukapura (Batik tulis khas tasikmalaya)
Warna dasar kain merah, kuning, ungu, biru, hijau, orange dan soga.  Dan warnanya cerah namun tetap klasik dengan dominasi biru. Batik Sukapura : berciri khas warna merah, hitam, coklat.Motifnya kental dengan nuansa Parahyangan seperti bunga anggrek dan burung, selain itu ada juga motif Merak-ngibing, Cala-culu, Pisang-bali, Sapujagat, Awi Ngarambat.
Batik Tasik memiliki kekhususan tersendiri yaitu bermotif alam, flora, dan fauna. Batik Tasik hampir sama dengan Batik Garut hanya berbeda dari warna, Batik Tasik lebih terang warnanya.
Oh iyah, di Banten juga ada batiknya sendiri. Hampir saja saya terlupakan untuk menjelaskannya.

7. Batik Khas Kuningan

Motif kuda “Si Windu” dan ikan dewa yang merupakan ikan khas Cigugur Kab.Kuningan.Batik Kuningan di kenal dengan nama batik Paseban Kuningan. Produksi batik ini berlokasi di daerah Cigugur. Motif-motif tersebut dibuat dan dirancang oleh Pangeran Djatikusumah. Pangeran Djatikusumah melakukan penelusuran batik Paseban yang dianggap punah melalui pendalaman seni yang ditemukan melalui ukir dan relief pada Gedung Paseban. Komposisi batik Paseban Kuningan memiliki keunikan pada motif yang besar tanpa isen-isen dengan warna gelap seperti hitam, biru tua dan merah hati. Beberapa motif diantaranya adalah motif sekar galuh, pwah aci, dan oyod mingmang.
Pada akhir tahun 2011, beberapa motif batik Kuningan diresmikan dari sebuah lomba cipta desain batik Kuningan. Salah satu dari motif-motif-motif baru tersebut adalah motif ikan dewa.kini disepakati sebagai motif batik khas daerah Kuningan sehingga bisa dikembangkan dan dijadikan pakaian resmi bagi kalangan PNS maupun pegawai swasta bahkan para siswa sekolah yang ada di Kab.Kuningan.


















Sumber : Berbagai sumberhttps://docs.google.com/document/d/1UhojSSdZlo-dYe7gVC171HsW5jIi01KZTNeo17XBa0w/edit
Read more »

Senin, 01 Oktober 2012


“Menteri Sosial Hadiri acara Sosialisasi Lembaghttp://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=17301&mode=thread&order=0&thold=0a Kesosdan Peringatan Hari Ulang Tahun Karang Taruna ke-52
Oleh : Dra. Siti Aisjah*)”

Permasalahan kesejahteraan sosial masih cukup besar bahkan kompleksitas dan sebarannya semakin meluas. Mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan fungsi sosial serta tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat, yang disebabkan antara lain belum terpenuhinya hak atas kebutuhan dasarnya secara layak.


Upaya dan langkah-langkah untuk penanganan masalah sosial tersebut tentu terus di tingkatkan daya kemampuan yang dimiliki oleh pemerintah baik dari sisi anggaran maupun sumber daya yang tersedia yang tentunya tidak sebanding dengan kompleksitas masalah yang harus ditangani, demikian disampaikan oleh Menteri Sosial RI pada acara Sosialisasi Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang dirangkaikan dengan Peringatan Hari Ulang Tahun Karang Taruna yang ke 52 Tahun 2012.

Oleh karena itu  perlu ada instrumen  yang dapat memicu dan memacu perluasan jangkauan pelayanan sosial. Instrumen dimaksud adalah kekuatan civil society dan pilar-pilar partisipan masyarakat lainnya sebagai Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dalam bentuk perorangan, organisasi maupun kelembagaan sosial, antara lain seperti Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM) Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Karang Taruna, Organisasi Sosial (Orsos) atau yang kita kenal sekarang sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) maupun Kemitraan Dunia Usaha
Lanjutnya Mensos berharap besar terhadap keberadaan Organisasi Sosial / Lembaga Kesejahteraan Sosial dan Karang Taruna dapat berkontribusi secara nyata dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Hal ini sesuai dengan amanat pasal 38 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial disebutkan bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya berperan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dilakukan secara perseorangan, keluarga, organisasi keagamaan, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, badan usaha, lembaga kesejahteraan sosial dan lembaga kesejahteraan sosial asing.

Oleh karena itu, maka Orsos/LKS dan Karang Taruna yang pada hari ini merayakan hari Ulang Tahunnya ke-52, mempunyai fungsi sekaligus sebagai mitra pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan kessos, antara lain dalam hal : 
Mencegah terjadinya masalah sosial; Memberikan pelayanan sosial kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial; dan Menyelenggarakan konsultasi kesejahteraan keluarga dan fungsi-fungsi lain yang terkait dengan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Eksistensi Orsos/LKS dan Karang Taruna selama ini, Mensos sampaikan penghargaan dan dan apresiasi yang tinggi karena apa yang sudah dilakukan selama ini dapat menginspirasi dan memacu semangat peran komponen masyarakat lainya untuk berkontribusi dan bersinerji dengan pemerintah mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Menteri Sosial Republik Indonesia selaku pembina fungsional ingin menyampaikan pesan dan harapan harian sebagai berikut: Pertama,Perkuat kelembagaan Karang Taruna di seluruh Indonesia; Kedua,Ciptakan kreatifitas; Ketiga,    Tingkatkan profesionalisme; Keempat, Perkuat persatuan dan persaudaraan antar warga Karang Taruna terutama untuk menghilangkan stigma tentang perbedaan, karena Karang Taruna harus menjadi pioneer integrasi sosial dan perekat sosial untuk memperkuat integrasi nasional.

Menurut Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan, Kemiskinan Drs. Hartono Laras,MSi Kegiatan Peringatan HUT Karang Taruna ke 52 tahun, guna memberikan apresiasi, eksestensi an kiprah Karang Taruna dari amsa ke masa; alam rangka Sosialisasasi Peraturan Menteri Sosial RI No. 184 Tahun 2011 tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial , untuk menyamakan persepsi an menyatukan langkah peran LKS sebagai pilar penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
Lanjutnya dikatakan Pengurus Nasional Karang Taruna (PNKT);NIKS; Dinas SosialProvinsi dan Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Provinsi; Dinas Potensi  Maritim TNI AL; Kwanitir Nasional Pramuka; Kementerian an Lembaga; unsure kelembagaan sosial (Pengurus LKS wilayah DKI dan sekitarnya, PSM, TKSK).

*)Kabag OHH

Read more »

Nama-Nama Pahlawan Asal Jabar


Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2009 Mengusulkan 4 Calon Pahlawan Nasional Asal Jawa Barat :
1. KH. AHMAD SANUSI dari Kota Sukabumi
2. KH. MUSTHAFA KAMIL dari Kabupaten Garut
3. INGGIR GARNASIH dari Kota Bandung
4. Mr.SYARIFUDIN PRAWIRA NEGARA Tokoh PDRI

NAMA PAHLAWAN NASIONAL ASAL JAWA BARAT

1. Prof. Dr. Mr. KUSUMA ATMAJA
2. Ir. H. GJUANDA
3. LAKSAMANA RE. MARTADINATA
4. R. OTTO ISKANDAR DINATA
5. DEWI SARTIKA
6. RH. ZAENAL MUSTOPA
7. RH. IWA KUSUMA SUMANTRI
8. R. GATOT MANGKOEPRADJA
9. KH. NOER ALI
10. RM. TIRTO ADI SURYO
11. KH. ABDUL HALIM
Read more »

 

KABAR GRAHAKUNING

KOLOM