EMPAT PILAR KEBANGSAAN

EMPAT PILAR KEBANGSAAN

Senin, 08 Februari 2016

Tips Cara Efektif Menanamkan Nilai pada Anak Dimulai dari Rumah dan Tips Agar Anak Tidak Tumbuh Egois

Tips Cara Efektif Menanamkan Nilai
Dimulai dari Rumah

Rumah sebagai lingkungan pertama bagi anak memegang peranan
penting agar ia tumbuh dan berkembang seperti yang diharapkan.
Salah satu yang bisa Anda lakukan di rumah adalah menanamkan
kebiasaan baik. Seperti yang tercantum di bawah ini:
1. Tip agar anak belajar mandiri
Ketika disuapi, sebaiknya balita dibiasakan duduk di kursinya. Makan dalam
keadaan bermain atau berlari-lari, bisa menyebabkannya muntah atau
tersedak. Selain itu, setiap kali didudukkan di kursi makannya, balita Anda
segera tahu bahwa waktu makan sudah tiba.
2. Membentuk rutinitas
Tetapkan waktu yang sama untuk setiap kegiatan. Misalnya, makan pukul
sekian, mandi pukul sekian, tidur pukul sekian. Supaya, balita sudah dididik
teratur sejak dini.
3. Memberi waktu jeda dalam setiap pergantian kegiatan
Kalau anak sedang bermain, jangan langsung distop untuk memberi makan.
Karena itu, beri waktu 10-15 menit sebelumnya untuk membuat
‘pengumuman’ bahwa waktu makan akan segera tiba.
4. Ajari senyum dan terima kasih
Senyum yang manis dan ucapan terima kasih dari balita pasti akan
mengetuk hati semua orang. Tanamkan pada anak kebiasaan baik ini, dan
mintalah ia mengucapkan terima kasih bila seseorang melakukan atau
memberikan sesuatu yang baik padanya.
5. Biasakan ia mengungkapkan perasaan secara verbal
Semangatilah si kecil supaya bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya
dengan jelas. Anda bisa membantunya dengan pertanyaan: “Mau bobo? minum? Sakit, Nak? Mau biskuit?” dan sebagainya
5 Cara Efektif Menanamkan Nilai:
1. Memberi contoh
Balita sudah bisa belajar menghormati orang lain, terutama
bila usianya sudah 2 tahun ke atas. Ia juga sudah bisa
berbagi, berempati, asal Anda memberi contoh kongkrit
bagaimana cara melakukannya.
2. Hindari sikap berlebihan
Pada usia 2-3 tahun, si kecil memang sedang senang
"menguji" kesabaran Anda. Tapi, jika ia melanggar kebiasaan
baik yang sudah Anda tanamkan, jangan bereaksi terlalu
berlebihan.
3. Memberi pujian
Si kecil sudah senang dipuji. Selain karena tahap
perkembangan moralnya masih dalam rangka memperoleh
pujian, salah satu cara mudah agar si anak bersikap baik
adalah memberi pujian.
4. Tentukan batas dan aturan
Walaupun masih belia, anak-anak membutuhkan garis tegas
dalam berperilaku dan bersikap. Buatlah aturan-aturan
sederhana, seperti makan harus di kursi, membereskan
mainan setelah selesai, dan sebagainya.
5. Tunjukkan empati
Ketika ia jatuh dan menangis, tunjukkan empati dengan
mengusap-usap bagian yang sakit. Peluk dan cium anak Anda
dengan mesra. Lalu, ketika suatu saat teman bermain anak
Anda jatuh, Anda bisa mengingatkan bahwa yang harus
dilakukan bukanlah mengejek, tapi memberi pertolongan
seperti yang Anda lakukan kepadanya.

Setiap Anak Memiliki Kepekaan, Asahlah Selagi Masih Dini
Dua anak TK B itu saling berebut ayunan, dan tidak satu pun yang
mau mengalah. “Aku duluan!” ujarnya. “Jangan! Aku dulu. Kamu
nggak boleh!” katanya mempertahankan ayunan itu. Kejadian
seperti ini bukan hal asing lagi. Mereka seolah tak memiliki
tenggang rasa dan mau menang sendiri. Keinginan mereka seolah
tak dapat ditawar, dan selalu ingin mendapatkannya.
Melihat kejadian itu, Rahma, ibu dari salah satu anak tersebut
khawatir kalau-kalau buah hatinya kelak akan tumbuh menjadi anak
yang tidak memiliki kepekaan atau empati. Hal ini sebenarnya tidak
perlu dikhawatirkan, sebab pada dasarnya setiap anak itu memiliki
kepekaan, tinggal bagaimana orangtua dan orang-orang terdekat
mengasah kecerdasan emosi anak tersebut, agar terbentuk anakanak
yang berkarakter baik.
Dalam mengasah kecerdasan emosi, Daniel Goleman dalam
bukunya berjudul Emotional Intelligence, Why It Can Matter More
Than IQ (Kecerdasan Emosi, Mengapa lebih Penting daripada
IQ), membagi kecerdasan emosi ke dalam enam wilayah, yaitu
empathy (kesadaran akan perasaan, kebutuhan, dan keprihatinan
orang lain), understanding others (dapat memahami perasaan dan
pandangan orang lain dan mempunyai ketertarikan akan
keprihatinan mereka), developing others (mengetahui kebutuhan
orang lain), service orientation (mampu mengantisipasi, mengenali,
dan memenuhi kebutuhan orang lain), leveraging deversity
(mengolah kesempatan melalui orang-orang yang berbeda), dan
organization awareness (mengenali keadaan dalam kelompok).
Menurut Goleman, anak yang memiliki kemampuan-kemampuan
tersebut kelak akan mampu membina hubungan personal yang baik
dengan lingkungannya, serta membawanya ke pintu sukses dalam
berkarir.
Mengasah empati, menjadi satu hal penting yang perlu ditanamkan
pada anak sejak usia dini, sebab empati merupakan kunci
keberhasilan anak kelak. Mengasah empati bisa dilakukan lewat
bermain. Selama bermain anak akan belajar memahami dan
mengerti orang lain. Bukankah selama bermain anak berinteraksi
dan bersosialisasi dengan lingkungannya?

Cara lainnya dengan mengajak anak bermain di tempat umum. Di
situ ia akan belajar menghargai bahwa anak lain pun juga berhak
menggunakan mainan itu secara bergantian. Bisa juga dengan cara
mengajak ia berkenalan dengan anak lain seusianya, dan
membiarkan mereka bermain bersama. Ajari pula anak untuk
memberi pertolongan pada orang yang kekurangan, misalnya ketika
ada pengemis, biarkan anak yang memberi uang.
Dengan cara ini, anak akan belajar bagaimana menghargai orang
lain.
Kapan saat yang tepat untuk mengajarkan empati pada anak?
Membentuk nilai dan pesan moral anak, hasilnya akan semakin baik
jika dilakukan sedini mungkin, saat ia mulai bersosialisasi dengan
orang lain.
Jadi, bu-pak, tak ada kata terlambat untuk mengarahkan si kecil
agar menjadi anak yang penuh empati. Apalagi setiap anak itu pada
dasarnya memiliki kepekaan.
Tips Agar Tak Tumbuh Jadi Anak Egois :
1. Biasakan anak untuk berkata “maaf” bila menyakiti teman atau
berbuat kesalahan, atau “terima kasih” bila ia menerima
sesuatu dari orang lain.
2. Ketika melihat temannya jatuh dan menangis, ajarkan untuk
mendekati dan membantu anak tersebut.
3. Ajarkan anak untuk berbagi dengan temannya. Biarkan
temannya meminjam mainannya saat mereka bermain.
4. Ketika ia sedang memegang makanan, ajarkan dia untuk
memberikan sebagian pada orang yang meminta, atau
menawarkannya pada orang lain.
5. Beri pengertian, memukul dan dipukul tidak akan
menyelesaikan masalah, dan hanya menghasilkan rasa sakit.
6. Sesekali ajak anak berkunjung ke panti asuhan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

KABAR GRAHAKUNING

KOLOM